Senin, 03 Maret 2014

Amuba Ini Menjadi Petani Primitif

Amuba Ini Menjadi Petani Primitif
bakteri virtual
TEMPO.CO, St Louis - Pada 2011, jurnal Nature mengumumkan penemuan Dictyostelium discoideum, organisme sel tunggal yang merupakan petani primitif. Organisme yang tergolong amuba sosial ini doyan menangkap bakteri dan membawanya ke lokasi baru untuk dibudidayakan dan kemudian dipanen.

Apa yang dilakukan D. discoideum mirip petani ketika menanam dan memanen padi. Perilaku unik inilah yang membuat amuba ini diberi predikat sebagai petani terkecil di dunia.

Kini penelitian kembali berlanjut. Seperti dikutip Phys, Selasa 30 Juli 2013, tim kolaborasi ilmuwan dari Washington University dan Harvard University di Amerika Serikat mengamati lebih jauh si "petani" yang tak kasat mata itu.

Hasil penelitian menunjukkan ada klon D. discoideum yang tidak hanya suka membawa satu, melainkan dua macam strain bakteri. Strain pertama, bakteri yang dapat dimakan, dibudidayakan sebagai "benih" untuk ditanam. Adapun strain lainnya, bakteri beracun, dimanfaatkan untuk memproduksi bahan kimia yang digunakan sebagai senjata.

Dua strain bakteri ini awalnya terbentuk dari satu strain bakteri yang tidak berbahaya. Sebagian anggota strain itu mengalami mutasi genetik dan menjadi strain beracun. Mutasinya melibatkan banyak genom dan prosesnya mematikan. Namun yang mengejutkan adalah klon amuba "petani" itu sama sekali tidak terpengaruh efek mematikan mutasi saat mengambil bakteri.

Debra Brock, ilmuwan yang menemukan fenomena ini, melaporkannya dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Brock, yang bekerja bertahun-tahun di laboratorium pembiakan mikroba yang steril, melihat keanehan pada perilaku klon D. discoideum yang dikumpulkan dari alam liar dan diteliti di laboratorium Queller/Strassmann.

"Ada klon yang selalu membawa dua strain bakteri. Hal ini menarik perhatian karena belum pernah terlihat di laboratorim pembiakan D. discoideum sebelumnya," ujar dia usai mengamati klon unik itu di bawah mikroskop.
 Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/07/30/095501011/Amuba-Ini-Menjadi-Petani-Primitif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar